Jumat, 02 September 2016

Contoh Naskah Drama Satu Babak




Assalamu'alaikum,Wr,Wb. 
           Ini post pertamaku, maaf kalau ada yang salah. Post pertamaku adalah tentang Bahasa Indonesia, kenapa?....Karena Bahasa Nasional kita adalah Bahasa Indonesia. kali ini akan membahas tentang contoh naskah drama satu babak.
Drama satu babak adalah drama yang dimainkan dalam satu babak (setting tempat) 
seperti di sekolah, di rumah, di taman, di perpustakaan dan di pasar dan tempat- tempat lainya.
Daripada bingung contoh naskah drama satu babak,  berikut contoh naskah drama satu babak untuk 4 orang 
Semoga  bermanfaat ya!! Selamat membaca!!

“Untung Sedikit, Pedagang Berkah”
1.      Para Pelaku
1)      Fadhila (Bu Fara), pedagang sayur yang ramah, sederhana, dan murah harga.
2)      Aldila (Bu Ifa), pedagang sayur yang juga bersebelahan, tetapi iri, terlalu bergaya, dan mahal harga.
3)      Fitri (Bu Rida), seorang pembeli kedua, dan pelerai dalam pertikaian itu.
4)      Nafis (Bu Riris), pembeli pertama, yang lupa membawa dompet, sifatnya ramah.
2.      Setting
Di sebuah pasar tradisional, pada pagi hari. Terlihat dua meja kayu yang bertolak belakang, yang satu kecil, lapuk, dan tua. Yang satunya lagi lumayan besar, kokoh, dicat hijau, dan berkilau. Bakul yang berisi uang recehan tampak di atas meja, juga ada salon di atas meja kokoh itu. Tak lupa yang ukurannya lebih kecil yang dijadikan sebagai kursi juga tampak di sana.catatan harga tampak di lapak Bu Ifa.
3.      Suara
Suara hembusan angin, suara pukulan tangan, suara langkah kaki, suara pedagang menawarkan barang dagangannya, suara atap dari seng yang terlepas dari pakunya, suara tombol nomor saat bertelepon.
4.      Musik
Terdengar suara dangdut bernada sedih, lewat suara salon itu.
5.      Note
Pagi hari, kedua pedagang itu datang bersama ke pasar, dan saling sapa-menyapa. Mereka berbeda. Bu Fara menggunakan sepeda onthel dan memarkirkan di tempat parkir, sedangkan Bu Ifa menggunakan sepeda motor. Bu Ifa dan Bu Fara memulai dan merapikan dagangannya. Bu Ifa tampak rapi dan kaya, dengan bahan pakaian yang dipakainya. Bu Fara tampak lemah lembut, dan sederhana dengan pakaiannya.
Mereka tampak baik-baik, kemudian mereka duduk di kursi. Bu Ifa mengambil salon dan menyetel lagu dangdut bernada sedih. Di kejauhan terdengar suara pedagang dan suara atap seng yang terlepas dari pakunya, hembusan angin juga. Pada saat itu terdengar hentakan kaki yang muncul dan mendekati mereka.ia adalah Bu Riris menghampiri Bu Ifa.
Adegan I
Bu Riris  :”Bu, bayam sama tahunya berapa? (sambil memilih-milih bayam dan tahu)”
Bu Ifa    :”Bayamnya 3000, kalau tahunya 10.000, gimana jadi beli? (sambil menggambil buku catatan harga )
Bu Riris :’’Astaugfirullahaladzim …(menutup mulut dengan tangan ) mahal amat Bu …, bayamnya 1000 ya ?, tahunya 6000, kalau boleh”
Bu Ifa     :”ya, nanti saya bisa rugi, sekarang kebutuhan kan semakin naik” (menyesal)
Bu Riris :”maaf Bu tidak jadi …saya cari yang lain saja , permisi Bu…(dengan wajah kesal, dan menjauh menuju ke dagangan Bu Fara)”
Bu Fara   :”beli apa,Bu? (dengan ramah)
Bu Riris    :”bayam sama tahu berapa?(sambil memilih milih)”
Bu Fara :”bayam 1000, kalau tahu 5000, gimana, jadi beli tidak?(dengan lupa mengatakan harga)”kalau jadi, 6000,Bu?”
Bu Riris  :”ohh…,ya jadi Bu, sebentar ya..(membuka tas dan mencari dompet) aduh dompetnya ketinggalan, sebentar saya telepon anak saya untuk membawakan dompet”
Bu Riris (menekan tombol, dan menelepon sambil berjalan dan duduk di kursi kayu yang berada di samping lapak bu Fara)
Adegan II
Terdengar suara langkah kaki, ternyata Bu Rida menghampiri Bu Ifa, ia tidak melihat tetangganya, Bu Riris yang sedang duduk.
Bu Rida  :”bayam sama kangkungnya berapa, Bu?..(sambil memilih-milih)
Bu Ifa     :”bayam sama kangkungnya, sama 3000 (membuka catatan harga)”
Bu Rida  :”ya.. 1000 boleh ya…? (sambil berharap)
 Bu Ifa    :”maaf bu, tidak bisa sekarang harga naik, jadi mahal, nanti saya rugi..!!(wajah tampak kesal)
Bu Rida   :”ya sudah saya cari ketempat lain (membuang muka dan pergi)”
Bu Ifa      :”iiih..,lagi-lagi pembeli minder  (dengan suara pelan dan kesal)
Bu Rida (menghampiri  Bu Fara) “bayam sama kangkungnya berapa ? (sambil memilih bayam dan tahu)”
Bu Fara    :”ee..masing masing 1000 bu..!!gimana jadi?”
Bu Rida (menghampiri Bu Riris dan meninggalkan Bu Fara) sebentar Bu, eh.. Bu Riris lagi apa?”
Bu Riris :”dompet saya ketinggalan saya belum membayar, saya lagi telepon anak, tapi..tidak nyambung..?(kebingungan dan berdiri)”
Bu Rida  :” saya pinjami 50.000 mau tidak?” (sambil membuka dompet dan memberikan uang)
Bu Riris  :”ohh .. ya terimakasih Bu..” (dengan senyum)
Terdengar suara ejekan dari Bu Ifa, kemudian terjadi adu mulut.
Bu Ifa   :”gara-gara Bu Fara,pembeliku minder dan akhirnya beli ke lapak dagangnya (menyindir pelan-pelan)
Bu Fara :”apa? Gara-gara saya. Bu saya disini berjualan, dan pembeli terserah menentukan yang ingin dibelinya. Ibarat pembeli itu raja. Ia ingin ini, ingin itu, ya..terserah saja. Saya hanya pelayan yang tugasnya melayani dan kemudian mendapatkan upah (menasehati Bu Ifa)”
Bu Ifa   :”kenapa tidak berjualan di tempat yang lain saja? Pasar ini besar, tingkat dan luas!”
Bu Fara :”Ya Allah, Bu.., seharusnya saya yang bertanya, kenapa Ibu tidak berjualan di tempat yang lain saja, saya rasa Ibu sanggup menyewa kios yang mahal, sedangkan saya, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja tidak cukup. Apalagi untuk menyewa kios. Lihatlah Ibu memiliki pakaian yang bagus, meja kayu yang kokoh, dan sepeda motor. Maafkan saya kalau, membuat Ibu kesal!!(menenangkan diri)”
Bu Ifa  :”ohh..seperti itu. Dari pagi dagangan saya belum ada yang membeli, setiap pembeli yang mampir selalu minder, (pause sebentar) padahal dagangan saya bagus, dan murah”
Bu Fara :”murah, saya dengar dari pendapat para pembeli yang mampir ke lapak saya, awalnya mereka tertarik dengan dagangan Ibu, tapi setelah mengetahui harganya, mereka pergi menjauh. Mungkin harga yang Ibu berikan terlalu mahal bagi mereka!!”
Bu Ifa  :”Ibu ini, malah bikin saya menjadi tambah pusing, dengar ya Bu?(menentang pendapat) 2015 ini dolar semakin naik, dan rupiah menurun. Ini yang membuat harga naik. Jadi kalu saya turunkan harga, pasti bisa rugi!!”
Bu Fara :”iya saya mengerti, jika tidak dinaikkan pasti rugi. Tapi jangan terlalu mahal, jangan dua kali lipat dari harga sebelummya, mungkin 20% atau 25%”
               Bu Ifa    :”terserah saya,!”(mengejek dengan santai)
Bu Fara :”ayo coba Ibu pikirkan!! Pilih untung sedikit, tapi banyak yang membeli. Atau (pause, sebentar) untung banyak tapi pembelinya sedikit. Bayangkan walaupun untung sedikit tapi karena banyak yang membeli lama kelamaan untungnya akan banyak. Tapi untungnya banyak tapi hanya 1 pembeli, dan setelah itu jarang pembeli karena mahal pasti keuntungannya tidak bertambah!!”(berdiri, dan wajah yang agak kesal)
Bu Ifa  :”yang jualan saya, yang memberi harga saya, yang melakukan saya.!! Jadi ya terserah saya !!(berdiri, dengan marah dan tatapan wajah yang tajam, sambil memukulkan tangannya ke atas meja)
                       Adu mulut semakin panas dan tegang keduanya tampak marah. Bu Ifa memukulkan      tangannya di atas meja, suara itu terdengar keras, hingga Bu Rida dan Bu Riris kaget dan menghampiri mereka.
Bu Rida            :”ya Allah, malah jadi kekacauan begini ? Ibu itu kan sama-sama pedangang  jadi jangan bergaduh..?”(menasehati mereka dengan tatapan mata yang tajam)
       Bu Fara dan Bu Ifa:”hu..!!(saling mengejek)”
Bu Rida :”sudahlah, apa tidak malu sama orang, sya dinisi malah jadi semaki  pusing, daripada membuang buanga waktu. Supaya adil saya tidak jadi beli disini. Lebih baik kita pergi ayo bu Riris”(mengajak pergi)
Bu Fara  :” Bu Ris, tunggu belum bayar!!!”
Bu Riris :”tapi Ibu harus saling memaafkan !!”(berhenti, sejenak)
Bu Ifa    :” ya..Bu maafakan saya sudah menuduh Ibu”(mengakui kesalahan)
Bu Fara  :”maafkan saya juga sudah membuat Ibu kesal”(dengan ramah)
Bu Riris :”nah, begitu ini bu uangnya, terimakasih!!”(memberikan uang)
Bu Fara :”em,em,em. Trimakasih Bu, lain kali jangan lupa bayar ! (menggelengkan kepala, dan tertawa)
Bu Rida  :”kalau begitu suasana menjadi aman dan nyaman. Mari Bu kami pergi dulu assalamualaikum !!(dengan senyum)  
Adegan III
Bu Rida dan Bu Riris meninggalkan mereka
Bu Fara   :”bu sebaiknya untung sedikit, tapi banyak yang beli. Jadi harganya diturunkan sedikit. InsyaAllah pembelinya bayak”
Bu Ifa   : ” terimakasih Bu. Saya sadar kalau harganya mahal, jadi sepi pembeli. Saya juga terlalu bergaya, pamer,riya dan membuat orang lain kesal. InsyaAllah besok saya akan menurunkan harganya”
Bu Fara  :”ya, semoga berhasil!”
6.      Amanat (pesan yang terkandung)
Ø  Bagaikan kata pepatah “sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit”. Libih baik untung sedikit, tetapi banyak yang membeli, terus menerus akan untung banyak. Daripada untung langsung banyak tapi hanya sekali. Jadi jangan terburu-buru dengan emosi dan dengarkan nasehat orang lain, mungkin berguna bagi kita. Jangan marah, semua itu dilakuakan karena sebenarnya ia peduli terhadapmu. Jangan terburu-buru dalam mencari rejeki, sedikit demi sedikit dulu, karena Allah tidak menyukai orang yang terburu-buru dalam melakuakan sesuatu. Allah akan memberikan rejeki kepada orang yang ingin berusaha keras, maka jangan pernah menyerah, walau ada banyak rintangan yang menghadang.
 
               Gimana? Ada yang masih bingung ? Nahh...tadi adalah contoh naskah drama satu babak untuk empat orang. Contoh naskah drama satu babak ini, diunggah untuk bayangan saja (bentuk) dari drama satu babak. Aku sarankan kalau bisa buat sendiri ya !! supaya lebih kreatif.
Terimakasih sudah membaca artikel ini dan semoga bermanfaat untuk semua...!!
Sukron Kasiron,
Wassalamu'alaikum,Wr,Wb  
 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sejarah Ditemukannya Sabun dan Pengaruh Terhadap Sosial dan Budaya

SEJARAH DITEMUKANNYA “SABUN” DAN PENGARUH TERHADAP SOSIAL DAN BUDAYA Dijaman sekarang sabun sudah dibuat dari berbagai sumber bai...